MUSYAWARAH TERTINGGI VIII

MUSYAWARAH TERTINGGI VIII

pembukaan yang sederhana
Salam Budaya,...setelah cukup usia setahun periode, maka diperlukan musyawarah untuk menentukan walasuji kedepannya,panitia pelaksana yang dipimpin oleh mikail.meski pendanaan yang begitu minim dan jumlah anggota yang semakin menipis. beberapa pembahasan mulai dari Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga/ peraturan Organisasi/kitab kuning/, dimulai pada tanggal 24 Desember 2011 hingga 27 Desember 2011.saking urgennya,maka yang hadirpun hanya kalangan internal anggota.Berikut gambaran suasananya...mulai dari pagi hingga tengah malam,.mulai dari yang segar,..belum sempat mandi,.bahkan nalupa mandi....(penting sekali tawwa) beberapa nama mencuat seiring pengajuan nama calon ketua, namun setelah diseleksi dengan cermat,.maka yang berhak menjadi calon ketua telah mempunyai PASSAPU HITAM (istilah ini hanya ada ukm seni walasuji umpar terkhusus bagi anggota yang dinilai kecukupan karyanya).
Laporan ketua Panitia (mikail)

dihadiri oleh kanda herwin rezma
ucy - eka - vikar




sesuatu banget

audience

pusing

konsultasi

ekspresi yang sangat cerah

sesuatu

telah ditetapkan bahwa,.....

ditutup dengan ketukan palu sidang diatas laptop

oke berikut susunan pengurus harian 2011-2012
KETUA
JUNAEDI

SEKRETARIS
IQBAL MAULANA

BENDAHARA
ZULFIKA

KEPALA BIRO
ZULFIKAR

KEPALA STUDIO
IKHWAN

BAG. URT
MIKAIL LUKMAN


SEMOGA DIPERIODE SELANJUTNYA LEBIH MENINGKAT LAGI !


Milad 1 Windu

Pembukaan oleh devisi Tari

Briefing Oleh Produser Acara
Cek Alat Musik

Undangan

undangan



Teater
Parade Perkusi

Pelaksanaan Milad satu windu walasuji sangatlah meriah kali ini, beberapa pentaspun ikut mengisi kegiatan ini, beberapa lembaga baik dari kalangan internal kampus, maupun dari kalangan lembaga eksternal ikut serta memeriahkan acara ini, 



Ikbal (panitia)
Ketua panitia Ikbal Maulana dalam laporannya, kegiatan ini diselenggarakan dengan sumber anggaran yang terdiri dari sumbangan dana pimpinan universitas, Pemkot parepare, dan juga bersumber dari kalangan anggota walasuji umpar sendiri, 






Jamal B (Plt. Ketua)

Plt. Ketua, Jamal Donat dalam sambutannya mengatakan bahwa pelaksanaan milad ini menjadi agenda tahunan dalam program kerjanya beserta pengurus, hadir pula dalam sambutannya dari kalangan Pemerintah Kota Parepare, yang membuat kegiatan ini lebih semarak karena masih ada respon dari kalangan pemerintah kota parepare, meski dari kalangan pimpinan Universitas tidak menyempatkan kehadirannya.


diawali acara dengan Pentas tari, yang diiringi oleh arts 10, Pentas Karya Musik, musikalisasi puisi, Perkusi, yang dipadu oleh beberapa teman teman musik baik dari ketua umum sendiri (jamal Donat), Agil, Tata, Tile, Pikar, Amir, Chalu, Awal dan Irvan,...dikordinatori oleh akbar selaku MC. seduhan pentas teater karya Gerizha (pengurus harian)pun ikut mewarnai, begitupun Tariannya, padanan stage panggung pun ikut dikemas,..dengan visual efect sebagai bacground pentas kami,...
Sambutan Oleh Pemkot Parepare


Pemotongan Tumpeng Oleh Ketua Lama dengan Ketua Baru
Dengan produser acara disusun oleh Junaidi yang sudah sering mengelola format acara mulai dari panggung hingga pementasan, dan yang tak kalah menarik adalah acara pemotongan tumpeng sebagai puncak acara yang berlangsung pada hari Kamis, 13 Oktober 2011, bertempat di aula kampus II Universitas Muhammadiyah Parepare.

marhaban ya ramadhan

UKM SENI BUDAYA WALASUJI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
MENGUCAPKAN

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA 
1432 H / 2011 M

Semoga dibulan ini penuh dengan hidayah,


BUDAYA PUASA, Budaya kita,....


FTMI

Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku binatang buruannya. Setelah selesai melakukan perburuan, mereka mengadakan upacara-upacara sebagai bentuk “rasa syukur” mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta Alam semesta. Tata cara upacara ini kemudian dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.
Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya ketoprak, ludruk, wayang, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater dapat dikatakan sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lain sebagainya. Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan. Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993). Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton.

FTMI

A. Latar Belakang
Sejarah panjang seni teater dipercayai keberadaannya sejak manusia mulai melakukan interaksi satu sama lain. Interaksi itu juga berlangsung bersamaan dengan tafsiran-tafsiran terhadap alam semesta. Dengan demikian, pemaknaan-pemaknaan teater tidak jauh berada dalam hubungan interaksi dan tafsiran-tafsiran antara manusia dan alam semesta. Selain itu, sejarah seni teater pun diyakini berasal dari usaha-usaha perburuan manusia primitif dalam mempertahankan kehidupan mereka. Pada perburuan ini, mereka menirukan perilaku binatang buruannya. Setelah selesai melakukan perburuan, mereka mengadakan upacara-upacara sebagai bentuk “rasa syukur” mereka, dan “penghormatan” terhadap Sang Pencipta Alam semesta. Tata cara upacara ini kemudian dibakukan serta difestivalkan pada suatu tempat untuk dipertunjukkan serta dihadiri oleh manusia yang lain.
Teater berasal dari kata Yunani, “theatron” (bahasa Inggris, Seeing Place) yang artinya tempat atau gedung pertunjukan. Dalam perkembangannya, kata teater diartikan sebagai segala hal yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dengan demikian, dalam rumusan sederhana teater adalah pertunjukan, misalnya ketoprak, ludruk, wayang, sintren, janger, mamanda, dagelan, sulap, akrobat, dan lain sebagainya. Teater dapat dikatakan sebagai manifestasi dari aktivitas naluriah, seperti misalnya, anak-anak bermain sebagai ayah dan ibu, bermain perang-perangan, dan lain sebagainya. Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan. Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Selain itu, teater merupakan manifestasi pembentukan strata sosial kemanusiaan yang berhubungan dengan masalah ritual. Misalnya, upacara adat maupun upacara kenegaraan, keduanya memiliki unsur-unsur teatrikal dan bermakna filosofis. Berdasarkan paparan di atas, kemungkinan perluasan definisi teater itu bisa terjadi. Tetapi batasan tentang teater dapat dilihat dari sudut pandang sebagai berikut: “tidak ada teater tanpa aktor, baik berwujud riil manusia maupun boneka, terungkap di layar maupun pertunjukan langsung yang dihadiri penonton, serta laku di dalamnya merupakan realitas fiktif”, (Harymawan, 1993). Dengan demikian teater adalah pertunjukan lakon yang dimainkan di atas pentas dan disaksikan oleh penonton.
Hal tersebut  tidak lain merupakan pembuktian bahwa dunia seni khususnya teater yang penuh nilai estetika dan pesan moril ternyata turut andil dalam perubahan dunia dengan sifatnya yang sangat fleksibel sehingga dapat mensinergikan dirinya dengan berbagai dunia. Bahkan lebih jauh mampu mewarnai dan meribah watak serta mental sebuah bangsa.
Sebagai perbandingan pengaruh teater sebagaimana yang tertulis sebelumnya dengan pengaruhnya akhir-akhir ini, tidaklah berlebihan jika daikatakan mengalami sebuah degradasi yang memunculkan ungkapan dari seorang Putu Wijaya (seperti yang tertulis pada paragraph pertama) yang seolah-olah ingin membuka mata para pekerja seni dengan tafsiran “berkaryalah untuk bangsamu dan berilah pengaruh”.
Namun dari beberapa hasil diskusi dengan beberapa rekan-rekan pekerja seni kampus Se-SulSel-Bar melihat bahwa turunnya pengaruh teater disebabkan oleh orientasi para pekerja taeter itu sendiri yang hamper tidak dapat membedakan antara live in teater, teater to live atau make to life a teater bahkan live with teater. Ditambah dengan banyaknya festival yang seolah-olah hanya ajang penghargaan.
Itulah beberapa penyebab menurunnya perteateran kita yang membutuhkan banyak pendalaman untuk mencapai live in teater dan make to life a teater agar perhatian tetap terarah pada esensi seni dan teater itu sendiri. Sehingga menjadi landasan berfikir kami dari UKM Seni Budaya Walasuji Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR) untuk melanjutkan hasil pemikiran rekan-rekan pekerja seni kampus yang tertuang dalam sebuah kegiatan yang bernama FESTIVAL TEATER MAHASISWA INDONESIA (FTMI) VII SE- SULAWESI SELATAN DAN BARAT.